Sunday, December 6, 2009

Referring to Butho Ireng

Tuesday, August 25, 2009

Marah-marah di Facebook

Aku adalah warga negara Indonesia yang sedang bekerja di luar Indonesia. Orang-orang sepertiku lebih dikenal dengan sebutan TKI. Dimana-mana, dari jaman kodok baru belajar lompat, TKI itu identik dengan orang-orang udik, miskin, bodoh yang bekerja kasar di negeri antah berantah dan teraniaya.

Kebetulan aku seorang perempuan. Supaya lebih dramatis sebutlah aku TKW. Setali tiga uang dengan TKI, TKW juga identik dengan perempuan kampung, miskin, bodoh yang bekerja jadi pembantu rumah tangga di negeri antah berantah, disiksa oleh majikannya, gaji tidak dibayar, tidak diberi makan, berangkat dari rumah dalam keadaan sehat dan cantik, pulang-pulang jadi mayat.

Walaupun sama-sama TKI-nya, sama-sama TKW-nya, alhamdulillah aku tidak (semoga jangan sampai) mengalami hal-hal buruk seperti itu. Dan aku menolak dibilang udik, miskin dan bodoh! Berita-berita tentang penderitaan para TKI/TKW yang disiarkan di tv/koran itu, walaupun tidak sepenuhnya benar, tapi sebagian besar bukan isapan jempol. Bahkan mungkin lebih buruk. Yang diekspos di media hanya sebagian kecil saja. Pada kenyataannya masih lebih banyak kasus serupa atau bahkan lebih buruk tapi disembunyikan dan dibiarkan tertiup angin.

Lalu dimana peran pemerintah yang seharusnya melindungi para TKI/TKW ini? Jawabannya adalah BIG NOTHING alias NGGAK ADA aka NOL BESAR. Yang ada pemerintah hanya sibuk menghitung berapa besar devisa yang diperoleh dari kiriman para TKI/TKW ke tanah air. Apakah gelar pahlawan devisa itu membanggakan? TAIK!!! Yang aku tau pasti, TKI/TKW adalah lahan subur untuk para oknum pemeras yang berlindung dibalik seragam atas nama peraturan. Nasib TKI/TKW gak ada baik-baiknya. Menderita di negeri orang, diperas dinegeri sendiri.

Beberapa hari yang lalu di status facebook aku tulis “PENGEN PULANG”, lalu ada temenku yang komen “Nggak usah pulang aja. Lumayan demi nambahin devisa Negara”. Entah apa yang ada dipikiran temenku ketika menulis komentar itu, yang jelas andai dia didekatku saat itu, udah pasti mulutnya aku tampar pake bakiak sampe rompol semua giginya. Tapi apa daya dia entah dimana dan gak mungkin aku membanting laptop kesayangan. Eman-eman tauuuuu… Jadi yang bisa aku lakukan hanya membalas komentar itu dengan “Cih! Kalaupun aku bertahan disini, semata-mata demi perut dan buat ngeledek pemerintah yang gak becus ngurus rakyat. Aku gak sudi melakukan sesuatu demi NEGARA yang tidak mempedulikan orang-orang sepertiku!”

Design by The Blogger Templates

Design by The Blogger Templates